Pahlawan Revolusi Nasional: Bung Tomo

Sutomo (3 Oktober 1920 – 7 Oktober 1981)

Dikenal dengan sapaan akrab Bung Tomo adalah pahlawan nasional Indonesia dan pemimpin militer Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia yang dikenal karena peranannya dalam Pertempuran 10 November 1945. Bung Tomo resmi dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan tahun 2008 di Istana Merdeka. Sang istri, Ny. Sulistina, menerima langsung surat keputusan bernomor 041/TK/Tahun 2008 yang diserahkan Presiden.


Profil

  • Nama: Sutomo / Bung Tomo
  • Lahir: Surabaya, 3 Oktober 1920
  • Meninggal: Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 (umur 61)
  • Partai politik: Gerakan Rakyat Baru Pemuda Republik Indonesia
  • Pasangan: Sulistina
  • Pekerjaan: Jurnalis
  • Penghargaan sipil: Pahlawan Nasional Indonesia
  • Menteri Sosial Indonesia Masa jabatan 18 Januari 1956 – 24 Maret 1956


Karier militer

  • Pangkat Pemimpin Komando: Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia
  • Pertempuran/perang: Pertempuran Surabaya (1945) & Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949)


Keluarga

Bung Tomo menikahi Sulistina, seorang bekas perawat PMI, pada 19 Juni 1947. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, masing-masing bernama:

  • Tin "Titing" Sulistami (lahir 29 Juni 1948)
  • Bambang Sulistomo (lahir 22 April 1950)
  • Sri Sulistami (lahir 16 Agustus 1951)
  • Ratna Sulistami (12 November 1958)


Perjuangan Bung Tomo pada Pertempuran 10 November 1945

Dikutip dari Halaman Wikipedia, Pada 1944 Bung Tomo terpilih menjadi anggota "Gerakan Rakyat Baru" dan pengurus "Pemuda Republik Indonesia" di Surabaya, yang disponsori Jepang. Setelah ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial, inilah titik awal keterlibatannya dalam Revolusi Nasional Indonesia. Dengan posisinya itu, ia bisa mendapatkan akses radio yang lantas berperan besar untuk menyiarkan orasi-orasinya yang membakar semangat pemuda dan rakyat untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Terlebih, sejak 12 Oktober 1945 Bung Tomo juga menjadi pemimpin "Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia" (BPRI) di Surabaya melawan pasukan Belanda dan Inggris. Meskipun pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945, akhirnya pihak Indonesia kalah, tetapi rakyat Surabaya dianggap berhasil memukul mundur pasukan Inggris untuk sementara waktu (pasukan Inggris mundur dari Indonesia pada November 1946) dan kejadian ini dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah sebagai awal dari mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.


Akhir Hidup

Pada awal Orde Baru, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh yang mulanya mendukung Suharto. Namun, sejak awal 1970-an, ia mulai banyak mengkritik program-program Suharto, termasuk salah satunya proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Akibatnya pada 11 April 1978 ia ditangkap dan dipenjara selama setahun atas tuduhan melakukan aksi subversif.


Sekeluar dari penjara Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal pada pemerintah dan memilih memanfaatkan waktu bersama keluarga dan mendidik anak-anaknya. Selain itu Sutomo juga menjadi lebih bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya.


Pada 7 Oktober 1981, Sutomo meninggal dunia di Padang Arafah saat sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi memakamkan jemaah haji yang meninggal di tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa pulang ke tanah air. Sesuai wasiatnya, Bung Tomo tidak dimakamkan di taman makam pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Surabaya.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url