K.H. MUHAMMAD ARIFIN ILHAM Agamawan 8 Juni 1969 s/d 22 Mei 2019 |
Biografi K.H. Muhammad Arifin Ilham: Hidayah Mengubah Segalanya
KELUARGA
Orangtua : Ismail Marzuki
Nurhayati
Istri : Wahyuniati Al-Waly
Rania Bawazier
Femma
Anak : Amtaza Syahla Arifin
Alaa Hifzhiyah Arifin
Muhammad Alvin Faiz
Muhammad Amer-
Azzikra
Muhammad Azka-
Najhan
Saudara kandung : Mursidah
Fitriani
Qomariah
Siti Hajar
PENDIDIKAN
TK Aisyiah, Banjarmasin, selesai
SD Muhammadiyah, Banjarmasin, tidak selesai
SD Rajawali, Banjarmasin, selesai
SMP Negeri 1, Banjarmasin, (sampai Kelas 1), 1984
Pesantren Darunnajah di Ulujami, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, sampai kelas 2 Aliyah
Pesantren Assyafi’iyah di Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan, sampai selesai
S1, FISIP, Hubungan Internasional, Universitas Nasional, Jakarta,1994
KARIER
Dosen, Universitas Nasional (Unas), Jakarta
Penceramah
Pendiri Majelis Az-Zikra
BIOGRAFI
Ustaz Muhammad Arifin Ilham memiliki ciri khas tersendiri dalam berdakwah. Suara dan tema yang disampaikannya menggetarkan jiwa dan menenangkan hati. Suaranya serak-serak basah dan bertenaga menyentakkan semua orang yang mendengarnya.
Kalimat tauhid, takbir, tahmid bagian dari zikir yang merupakan tema-tema yang dibawakan Arifin Ilham. Setiap ia menyampaikan persoalan apapun, ia tak jauh mengingatkan akan zikir kepada Allah dengan lantunan kalimat-kalimat baik tersebut.
Ustaz Arifin Ilham lahir di Banjarmasin 8 Juni 1969. Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara dan menjadi satu-satunya anak laki-laki dari pasangan Ismail Marzuki-Nurhayati. Ayahnya merupakan keturunan ketujuh dari Syeh Al-Banjar, seorang ulama besar di tanah Kalimantan. Arifin memiliki dua istri; Wahyuniati Al-Waly dan Rania Bawazier.
Dalam laman pribadinya, sejak kecil, Arifin dikenal sebagai anak nakal. Bahkan, ia pernah kecebur di sungai. Beruntung, ibunya berhasil menolongnya. Bahkan saat SD pun predikat nakal dan pemalas masih bertengger di dirinya hingga baru bisa baca tulis huruf latin waktu kelas 3 SD. Ia sekolah di SD Muhammadiyah. Namun sayang, ia harus pindah sekolah karena berkelahi sampai bonyok dengan temannya. Akhirnya Arifin melanjutkan sekolahnya di SD Rajawali.
Saat menginjak masa SMP pun kenakalannya justru bertambah. Ia terpengaruh berbagai macam kenakalan remaja seperti merokok, berjudi dengan kelereng, hingga mencuri uang ayahnya. Bahkan ia pernah mengancam akan membakar rumahnya perihal keinginan arifin untuk dibelikan motor trail namun tidak dipenuhi ayahnya.
Hingga tiba saatnya pada tahun 1982 orang tuanya pergi haji. Pikirannya mulai tidak tenang dan mencoba memperbaiki diri. Betapa terkejut kedua orang tuanya saat mereka kembali dari tanah suci melihat perubahan sikap anaknya yang drastis. Arifin minta dimasukan ke pesantren. Padahal ia baru kelas 1 SMP.
Pada tahun 1983, ia pun dimasukkan ke Pesantren Darunnajah Ulujami, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Di sini ia hanya sampai kelas dua aliyah. Pada 1987, ia meneruskan kelas dua aliyah hingga kelas 3 di Pesantren Assyafi’iyah di Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan. Sejak di pesantren, ia sudah berceramah. Baik ceramah di kampung halamannya maupun di Jakarta dan sekitarnya.
Setelah lulus dari pesantren, ia melanjutkan ke perguruan tinggi. Ia masuk FISIP, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Nasional (Unas), Jakarta. Ia lulus pada tahun 1994 kala usia 25 tahun.
Berbekal gelar sarjana, ia mengajar di Universitas Borobudur. Di sisi kehidupan lainnya, Ustaz Arifin dikenal sebagai seorang penyayang binatang. Ia memelihara burung hantu, ayam kate, bahkan kera. Pada awal April 1997, Ia diberi ular hasil tangkapan warga kampung di semak belukar. Namun, hal nahas pun terjadi, ular tersebut menggigitnya hingga keadaanya kritis.
Ia pun dilarikan ke rumah sakit. Namun, beberapa rumah sakit yang dikunjungi tidak menerimanya karena alasan perlengkapan medis sementara kondisi Arifin makin kritis. Sampai akhirnya, ia dibawa oleh Cut Tursina, ibu angkatnya, ke RS St. Carolus, Jakarta. Di sini Arifin dapat pertolongan dan pengobatan.
Tapi, keajaiban terjadi. Setelah 1 bulan melalui masa kritis. Akhirnya Arifin memasuki masa penyembuhan. Selama kritis, ia mendapatkan pengalaman spiritual dari alam bawah sadarnya. Hal tersebut semakin mengkukuhkan hatinya untuk jadi pengingat manusia agar selalu berzikir kepada Allah.
Sejak itu, ia mulai kembali mendalami dan berkonsentrasi di bidang agama. Yang tadinya dosen, ia beralih menjadi penceramah. Ia mulai hadir sebagai penceramah pengganti bila ustaz utamanya tidak hadir. Mulai dari sana, namanya mulai dikenal jemaah pengajian. Bahkan jamaah langsung meminta Arifin mengisi pengajian sebagai penceramah utama.
Pada tahun 1999, ia pindah ke depok dan mulai memimpin zikir di Masjid Al-Amr Bittaqwa di Perumahan Mampang Indah II, Depok. Ia mengenalkan zikir berjemaah. Pada awalnya dihadiri oleh tiga orang. Selanjutnya, jemaahnya terus bertambah. Alhasil, pengajian zikir yang digelar selalu dipenuhi jemaah dengan seragam baju warna putih. Sejak itu, tempat kegiatan Arifin Ilham dikenal sebagai Majelis Az-Zikra.
Namanya pun makin populer sebagai ustaz dengan suara khas dengan lantunan lapaz-lapaz zikir kepada Allah. Ia mulai tampil di acara-acara besar dan beberapa media televisi. Jemaahnya makin banyak. Ia pun mengembangkan majelis zikirnya ke luar daerah Depok. Pada 7 Juni 2009, majelis zikir secara resmi dipindahkan ke kawasan perumahan Bukit Az-Zikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat.
AKHIR USIA
Setelah berjuang dengan penyakitnya dan dirawat di Penang, Malaysia, Ustaz Arifin Ilham menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit, Rabu (22/05/2019) malam. Ia wafat pada usia 49 tahun. Jezahnya dibawa ke Indonesia dan dikuburkan di Kawasan Az-Zikra, Gunung Sindur, Bogor, Kamis (23/5/2019).
Eksplorasi konten lain dari BIOGRAFI
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Komentar