Biografi Presiden Ke-2 RI, Presiden Soeharto Berjuluk Bapak Pembangunan (Era Orde Baru)

Nasional675 Dilihat
HM Soeharto Presiden Ke-2 Republik Indonesia 

Dalam sejarah kepemimpinannya sebagai presiden, Soeharto pernah sukses mengantarkan Indonesia menjadi negara Swasembada. Dimana sektor dibidang pertanian amat berkembang dengan pesatnya melalui Program Rapelitanya. Ia juga dijuluki ‘The Smiling General’ dan Dikenal dengan sebutan “Bapak Pembangunan” dalam sejarah pemerintahannya. Berikut profil dan biografi dari Soeharto.

Biodata Soeharto

Nama: Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto

Lahir: Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921

Wafat: Jakarta, 27 Januari 2008

Orangtua: Kertosudiro (ayah), Sukirah (ibu)

Istri: Tien Soeharto

Anak Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, Siti Hutami Endang Adiningsih

Dikenal: Presiden Indonesia Ke-2

Masa Kecil Soeharto

Soeharto mulai bersekolah saat ia berusia delapan tahun dan sering berpindah-pindah sekolah. Awalnya ia sekolah di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean kemudian ia pindah ke SD Pedes dikarenakan keluarganya pindah ke Kemusuk, Kidul. Setelah itu kemudian ayahnya Kertosudiro memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto kecil kemudian dititipkan dan tinggal bersama Prawirohardjo seorang mantri Tani.

Pada tahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Soeharto terpilih sebagai Prajurit Telatan, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang tentara atau militer. kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka, Ia kemudian resmi menjadi anggota TNI.

Kemudian pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usia Soeharto menginjak 26 tahun, Ia menikah dengan Siti Hartinah atau Ibu Tien yang berusia 2 tahun lebih muda dari Soeharto (24 tahun) dan merupakan anak seorang Mangkunegaran. Dari pernikahannya kemudian ia dikarunia enam orang anak yaitu:

Siti Hardiyanti Hastuti,

Sigit Harjojudanto,

Bambang Trihatmodjo,

Siti Hediati Herijadi,

Hutomo Mandala Putra

Siti Hutami Endang Adiningsih.

Karir Militer

Jalan panjang dan berliku dilaluinya ketika merintis karier militer dan juga karier politiknya. Dalam bidang militer Soeharto memulainya dengan pangkat sersan tentara KNIL. Dari KNIL situ Soeharto kemudian menjelma menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.

Tercatat dalam sejarah, ketika resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda, terjadi peristiwa yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949, kejadian itu merupakan peristiwa yang penting yang tidak dapat dilepaskan dari perjuangan Bangsa Indonesia melawan Belanda. Berbagai versi mengatakan bahwa Peran Soeharto ketika merebut Yogyakarta yang kala itu berstatus sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret tidak bisa dipisahkan.

Tujuan dari serangan umum 1 Maret adalah menunjukan pada dunia internasional tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) dalam membela Bangsa Indonesia. Dalam kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kota Yogyakarta dari tangan para penjajah Belanda. Pada waktu yang sama beliau juga menjadi pengawal dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda ketika itu beliau yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di Makassar.

Peristiwa G-30-S/PKI

Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Kekosongan pimpinan membuat Soeharto yang kala itu menjabat sebagai pangkostrad kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat. Kemudian mengeluarkan perintah yang cepat untuk mengatur dan mengendalikan keadaan negara yang kacau akibat dari kudeta oleh PKI.

Diriwayatkan juga bahwa setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI. Selain sebagai Panglima Angkatan Darat, Soeharto juga ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk menjabat sebagai Pangkopkamtib.

Puncak karier Soeharto ketika ia menerima Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal sebagai “Supersemar” oleh Presiden Soekarno pada bulan maret tahun 1966. Dalam isi supersemar ini disebutkan bahwa ia ditugaskan untuk mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau setelah kudeta yang dilakukan oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi Bung Karno.

Soeharto Sebagai Presiden Kedua Indonesia

Setelah peristiwa G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia makin memburuk. Kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang menggantikan Presiden Soekarno. Dimana pengukuhan sebagai presiden dilakukan pada Maret 1968.

Masa Orde Baru

Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru dimana kebijakan politik baik dalam dan luar negeri diubahnya.

Salah satunya adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Peristiwa itu terjadi pada tanggal 28 September 1966. Sebelumnya pada masa Soekarno, Indonesia keluar sebagai anggota PBB.

Pada tahap awal, ia menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia yang kala itu dipimpin oleh DN Aidit. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili anggota atau simpatisan PKI sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru. Bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan cara dieksekusi massal di hutan oleh militer.

Program pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional. ini terutama pada stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.

Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dimasa pemerintahan presiden kedua Indonesia ini berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968. Namun harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak.

Rapelita Soeharto

Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.

Pembangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode 25-30 tahun.

Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.

Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas ekonomi.

Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara. Pada masa pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah.

Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia

Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan. Dari keberhasilannya inilah sehingga Presiden Soeharto kemudian disebut sebagai “Bapak Pembangunan”.

Soeharto Mundur

Titik kejatuhan Soeharto, ketika pada tahun 1998 dimana masa tersebut merupakan masa kelam bagi Presiden Soeharto dan masuknya masa reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan kepemimpinan presiden kedua Indonesia ini.

Selain itu makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia maka pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato “pernyataan berhenti sebagai presiden RI” setelah runtuhnya dukungan untuk dirinya. Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 sampai 12 bulan sebelumnya. Setelah ia mundur kemudian dimulailah era Reformasi.

BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1999. Kejatuhan Suharto juga menandai akhir masa Orde Baru, suatu rezim yang berkuasa sejak tahun 1968 atau selama 32 Tahun.

Wafatnya Presiden Soeharto

Presiden RI Ke-2 HM Soeharto wafat pada hari Minggu pukul 13.10 WIB, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.

Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.

Jasa Soeharto Sebagai Presiden dan Kontroversinya

Jika direnungkah banyak jasa-jasa besar yang dilakukan Soeharto untuk pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia Internasional. Sebagan rakyat yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap zamannya merupakan zaman keemasan Indonesia.

Pada saat itu harga-harga kebutuhan pokok lebih murah dan berbanding terbalik dengan zaman sekarang ini, Pertumbuhan ekonomi stabil. Soeharto berhasil merubah wajah Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor beras menjadi negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor pembangunan dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.

Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran nasionalisme yang tinggi pada masanya. Di bidang kesehatan, upaya meningkatkan kualitas bayi dan masa depan generasi ini dilakukan melalui program kesehatan di posyandu dan KB, sebuah upaya yang mengintegrasikan antara program pemerintah dengan kemandirian masyarakat. Di jamannya, program ini memang sangat populer dan berhasil. Banyak ibu berhasil dan peduli atas kebutuhan balita mereka di saat paling penting dalam periode pertumbuhannya.

Itulah sedikit kisah tentang jasa-jasa atau prestasi dari presiden Soeharto meskipun disamping jasa-jasanya tersebut banyak juga kegagalan di pemerintahannya seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di masanya. Pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah sehingga memunculkan kecemburuan dari daerah seperti Papua.

Dari banyaknya jasa presiden Soeharto tersebut sehingga banyak yang mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan nasional Indonesia. Perjuangan Soeharto untuk Indonesia yang tercatat dalam buku sejarah bangsa ini, antara lain, pada masa revolusi fisik antara 1945 hingga 1949, pascarevolusi fisik antara 1962 hingga 1967 dan masa kepemimpinannya sebagai presiden

Polemik terkait gelar pahlawan bagi Soeharto pun masih penuh perdebatan. Sebagian setuju, sebagian menolak mentah-mentah. Sebagian menganggap Soeharto pahlawan pembangunan dan penyelamat Pancasila. Sebagian lagi menganggap Soeharto berlumuran darah atas berbagai aksi pembantaian selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan seterusnya.


Eksplorasi konten lain dari BIOGRAFI

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Komentar