Bima (Dewanagari: भीम : Bhīma) |
Kisah Tokoh Pewayangan: Riwayat Hidup Bima Atau Werkodara dan Penggambaran Bima dalam Versi Lain
Bima (Dewanagari: भीम
: Bhīma) atau Werkodara (Dewanagari: वृकोदर)
adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan
putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, selalu bersifat kasar
dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara
Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya
ialah Hanoman, wanara terkenal dalam epos Ramayana.
Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan
bersama keempat saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut
dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa.
Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap
mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih
adalah ‘hebat’, ‘dahsyat’, ‘mengerikan’. Nama lain Bima yaitu Wrekodara,
dalam alih aksara bahasa Sanskerta dieja vṛkodhara, artinya ialah “perut
serigala”, dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain
adalah Bhīmasena yang berarti panglima perang.
Keluarga
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia
mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:
- Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya
Anantareja, - Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan
- Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.
- Dewi Rekatawati, berputra Srenggini. (Menurut versi Banyumas)
Kelahiran
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa Kunti berseru
kepada Bayu, sang dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima.
Atas anugerah dari Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan
kasih sayang.
Masa muda
Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada tandingannya
di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili
para sepupunya, yaitu Korawa. Duryodana salah satu Korawa sangat benci dengan
sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut berkembang menjadi niat untuk
membunuh Bima.
Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi
bertamasya di daerah sungai Gangga, Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman
kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak
curiga, ia menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut membuat Bima jatuh
pingsan, lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan
tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat
rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di
sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Secara ajaib, bisa ular tersebut
berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima.
Ketika sadar, Bima
langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia
membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri
untuk menemui rajanya, yaitu Wasuki. Saat Wasuki mendengar kabar bahwa putra
Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima
dan memberinya minuman, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan
sepuluh gajah.Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat
kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki
selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang.
(Menurut versi Banyumas)
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan
dilatih dalam bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih
memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, sebagaimana
Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang
mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih
menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.
Versi Lain
- Bima dalam Bharatayuddha
Dalam perang di Kurukshetra, Bima berperan sebagai komandan
tentara Pandawa. Ia berperang dengan menggunakan senjata gada. Pada hari
terakhir Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan menggunakan
senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya
Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha
Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah
pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia
mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, tetapi ditenangkan Kresna
karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.
- Bima dalam penggambaran wayang Jawa
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh,
jujur dan bijaksana serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia
digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) ataupun duduk
di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa
krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima
Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewaruci. Ia mahir bermain gada, serta
memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala,
Alugara, Bargawa (kapak besar), dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang
dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja
dan Aji Blabak Pangantol-antol.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran,
yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu
Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan
beberapa anugerah dewata yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng
Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk
Pudak Jarot Asem.
Dalam pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh
gurunya yang sesungguhnya dihasut oleh para Korawa untuk membunuh Bima yang
terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu gung susuhing angin dan
air banyu perwitasari, yang akhirnya membawa Bima bertemu dengan Dewaruci.
Eksplorasi konten lain dari BIOGRAFI
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Komentar