Biografi, Purwakarta – Rangkaian tulisan tentang sosok Siti Khadijah memang banyak sekali diabadikan oleh beberapa penulis.
Hikmah dari tulisan tersebut, agar mereka khususnya yang beragama Islam (Muslim) dapat mengetahui sejarah, biografi, dan kisah Siti Khadijah sebagai wanita yang agung.
Oleh karena itu, tulisan ini kami buat dan menuliskan kisah serta biografi dari Siti Khadijah istri Rasulullah Saw. Berikut ini kami coba hadirkan dalam catatan singkat ini.
Khadijah dilahirkan dari keluarga Quraisy yang mulia dan sangat terhormat.
Ayah Khadijah adalah khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza, sedangkan Abdul Uzza merupakan saudara Abdul Manaf, salah seorang kakek Nabi Muhammad SAW.
Keduanya adalah anak Qushay bin Kilab. Dari sini, garis keturunan khadijah bertemu NABI SAW pada kakek ke empat yaitu Qushay bin Kilab.
Khadijah Ra bertempat tinggal di Mekkah, tempat tersebut memiliki kedudukan istimewa bagi penduduknya, juga dampak serta pengaruh yang besar bagi siapa saja yang pernah tinggal disana.
Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki gelar kemuliaan yang lebih dari satu dan mendapatkan sifat kemuliaan lebih dari satu sifat pula.
Bagi Khadijah, beberapa gelar yang ia memiliki mampu mengangkat martabatnya, tetapi bagi orang lain gelar tersebut layaknya manusia biasa, sama sekali tidak bertambah status sosialnya.
Beberapa gelar antara lain, pertama disematkan kepada khadijah adalah “Ath-Thahirah” (wanita suci). Ia disifati dengan sifat ini karena memang ia layak mendapatkannya. Ia menikah dua kali sebelum menjadi pasangan Sayyidil Basyar Muhammad SAW.
Suaminya yang kedua meninggal ketika usiannya mencapai puncak keremajaannya. Saat itu, kehidupannya bergelimang harta, ia menjadi pemuka kaum wanita, dan koglomerat muda yang piawai bedagang serta mengelola hartanya.
Selain itu, banyak orang yang berharap bisa mempersuntingnya.
Khadijah tidak ikut serta bersama pemuka-pemuka quraisy pada umumnya untuk berdagang.
Hebatnya, kondisi tersebut tidak menjadikan khadijah Ra berpangku tangan, ia memiliki banyak cara untuk berdagang yang unik, jauh dari godaaan hawa nafsu dan kehinaan.
Khadijah memiliki karyawan yang mengelola perdagangannya secara khusus, dikepalai oleh maisarah sebagai manajer utamanya.
Khadijah RA memantau segala urusan perdangangannya dari istana tempat ia tinggal, ketika ada perkara yang pelik maka ia menyelesaikannya bersama keluarga besarnya di istana. Khadijah RA juga tipe wanita yang mampu menjaga harga diri.
Sebagaimana diketahui, kehidupan malam di Mekkah dipenuhi dengan berfoya- foya, pesta, dan nyanyian.
Seluruh wanita mekkah mengetahui kepribadian khadijah tersebut. Mereka biasa berdatangan ke rumahnya, karena kedudukannya yang mulia di tengah-tengah mereka.
Berkat kedudukanya, ia mendapatkan banyak hal yang menguntungkan dirinya.
Ketika sesekali ia keluar untuk berthawaf di masjid haram, wanita-wanita yang lain turut bersamanya dan mengerumuninya, tidak ada satupun dari mereka yang bercanda atau bersendau gurau, mereka juga tidak berbicara kecuali pembicaraan yang berguna dan baik-baik.
Mereka tahu, khadijah tidak suka mendengar perkataan tidak senonoh yang bisa melukai hatinya.
Pernah hati khadijah terlukai ketika mendengar seseorang yahudi yang berteriak sedangkan mereka berada di masjid haram, si yahudi tadi berkata, “wahai wanita-wanita quraisy, akan muncul nabi pada masa ini, maka siapa saja yang bisa menjadi istrinya lakukanlah.”
Selain At-Thahirah, khadijah RA juga diberi gelar, “Sayyidatu Nisa’i Quraisy”, oleh pemuka wanita quraisy. Gelar tersebut diberikan tidak lain karena kesempurnaan sifat mulianya.
Mereka sepakat bahwa khadijah memiliki akhlak-akhlak mulia yang tidak seorangpun menghalangi mereka untuk menyematkan gelar ini.
Sifat lahir dari khadijah sebagaimana batinnya, tidak ada sifat batin yang disembunyikan dari manusia, ia juga tidak memiliki keperluan khusus kepada mereka dengan sifat yang ia miliki.
Khadijah tidak diperbudak oleh perdangangan dan harta yang ia miliki. Akan tetapi, justru khadijah yang menudukkan semua apa yang dimilikinya.
Dalam mensifatinya mereka berkata, “Khadijah adalah wanita yang tidak tersibukkan untuk mengurusi orang lain, membicarakan mereka, atau sibuk membicarakan masa depan dunianya.”
Ia lebih sering bertanya tentang pribadi Rasulullah yang akan diutus Allah SWT untuk memberi petunjuk kepada manusia
Khadijah juga sering mendiskusikan adanya Allah (Tuhan) yang maha besar, yang menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan yang layak untuk disembah dan tunduk di hadapan-Nya.
Kemampuannya berfikir demikian didukung oleh kepribadiannya yang suci dan ketajaman pikirannya
Diriwayatkan bahwa ia selalu berdiskusi bersama anak pamannya, seorang yang telah lanjut usianya, waragah bin naufal, perihal rasul yang akan diutus tentang sudah dekatkah masanya, mungkinkah ia akan melihatnya.
Kondisi seperti ini menjadikan khadijah jauh dari senda gurau, main-main atau membicarakan manusia. Dengannya, ia menjadi mulia.
Sebenarnya di mekah ada wanita lain yang memungkinkan untuk diberi gelar serupa, semisal Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan bin Harb, akan tetapi ia tidak memiliki keteguhan hati untuk menyandang sifat mulia tersebut.
Berbeda dengan khadijah yang memiliki keistimewaan dengan keteguhan untuk menyandang berbagai sifat mulia tersebut.
Ia dikenal kaumnya dengan kedermawanannya yang suka membantu kaum bawah, sering mencukupi kebutuhan fakir, miskin, dan tamu yang berkunjung.
Ia mendermakan hartanya tidak lain karena kemuliaan yang dimilikinya. Kedudukan, kemuliaan, akhlak dan kecerdasan khadijah, menjadikan penduduk mekah iri dengannya, hingga mereka menjuluki khadijah dengan gelar “Pemuka Wanita Qurais”.
Khadijah Ra juga diberi gelar dalam islam dengan Ummul Mukminin. Gelar ini tidak akan pernah dicapai oleh wanita manapun, hanya wanita-wanita khusus saja yang mendapatkannya.
Tidak semua wanita mampu menikah dengan Rasul SAW, karena Rasul tidak menikah kecuali dengan wanita yang telah disiapakan oleh Allah SWT.
Demikianlah tulisan tentang kisah dan biografi Siti Khadijah Sebagai Wanita yang Agung yang ditulis dan disajikan dari sumber buku Muhammad Ibrahim Hasan Al-Jamal. 2014. KHADIJAH TELADAN AGUNG WANITA MUKMINAH. Surakarta: Insan Kamil.
Semoga bermanfaat serta menambah khazanah keilmuan dan Keimanan.
Eksplorasi konten lain dari BIOGRAFI
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Komentar