7 Fakta Gus Dur yang Harus Kamu Ketahui!
Fakta Gus Dur
Lahir dari Kalangan Pesantren
Hidup di Lingkungan Pesantren
Fakta kedua, bahwasanya Gus Dur sejak kecil hidup di lingkungan pesantren yang di mana pesantren mencetak para tokoh yang secara kualitas ilmunya tidak diragukan lagi begitu pula komitmen dan kesetiaan cinta kepada negara (tanah air).
Melakukan Perjalanan Sprirutual
Gus Dur Menikah dengan Murid (Santri) Nya
Fakta keempat, Gus Dur menikah dengan Ibu Sinta Nuriyah yang dulu murid Gus Dur ketika masih mondok di Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Kabupaten Jombang. Tetapi yang menarik ketika akad nikah, mempelai prianya (Gus Dur) tidak bisa hadir karena masih kuliah di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Sehingga yang mewakili calon mempelai adalah Kakek Gus Dur dari jalur ibu yaitu KH. Bisri Syansuri.
Kegemaran Gus Dur
Fakta kelima, menjadi seorang pemimpin harus banyak membaca dan menulis. Gus Dur ketika kecil sangat gemar membaca sampai bukunya Karl Max selesai dibacanya. Sehingga ketika Gus Dur menjadi Presiden, banyak sekali kebijakan yang itu tidak asal-asalan.
Karena Gus Dur gemar membaca maka ilmu pengetahuannya juga luas. Semakin banyak membaca maka semakin toleran pandangannya. Begitu Gus Dur dilengserkan dari kursi Presiden, Gus Dur semakin aktif menulis di koran-koran. Apabila ingin mengenal dunia maka membacalah dan apabila ingin dikenal dunia maka menulislah.
Wafatnya Gus Dur
Fakta keenam, ternyata wafatnya seorang Gus Dur bisa menghidupi orang hidup. Apalagi ketika Gus Dur masih hidup pasti berkah dan manfaatnya jauh lebih besar khususnya kepada nusa dan bangsa. Hal ini penulis buktikan sebelum dan sesudah Gus Dur wafat.
Bahwasanya sebelum Gus Dur wafat dan dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Rombongan yang berziarah ke kompleks makam Masyayikh Tebuireng termasuk sepi dan masih bisa dihitung dengan jari.
Gus Dur Bapak Pluralisme
Fakta ketujuh adalah Gus Dur yang terkenal dengan Bapak Pluralisme membuat masyarakat Indonesia khususnya etnis Tionghoa dan anak keturunan mantan tahanan politik tahun 1965 menjadi aman dan nyaman hidup di Indonesia.
Berbeda jauh ketika masa orde baru, terutama pada fakta Soeharto yang begitu memusuhi kelompok ini. Gus Dur dengan penuh kearifan dan bijaksana merangkul mereka. Gus Dur pernah berkata, “kemajemukan harus bisa diterima tanpa adanya perbedaan”
Eksplorasi konten lain dari BIOGRAFI
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Komentar